.

Serangan Korean Wave : Caranya Merusak Kerja Otak Dan Akhlak

ROMADHON.ID, TANJUNG ENIM - ‘Perang’ antar petisi yang berkaitan dengan iklan salah satu situs belanja online sedang ramai dibicarakan. Fenomena ini diawali dengan munculnya sebuah petisi yang menuntut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk melarang penayangan iklan tersebut di stasiun televisi Indonesia. Nama Maimon Herawati menjadi perbincangan publik setelah memulai petisi tersebut di laman Change.org. Dalam petisi yang dibuatnya, dosen jurnalistik Universitas Padjajaran itu mengeluhkan penayangan iklan tersebut di stasiun televisi Indonesia. Pasalnya, iklan yang dimaksud, menampilkan grup artis Korea Blackpink yang mengenakan pakaian seksi. Merka menampilkan gerakan dan ekspesi wajah yang dinilai provokatif dan menggoda. Lebih jauh lagi, iklan itu ditayangkan di jam tayangan anak-anak. “Satu film anak-anak bahkan memuat iklan ini setiap beberapa menit seperti film Tayo di RTV, Jumat (7/12). Apa pesan yang hendak dijajalkan pada jiwa-jiwa yang masih putih itu? Bahwa mengangkat baju tinggi-tinggi dengan lirikan menggoda akan membawa mereka mendunia? Bahwa objektifikasi tubuh perempuan sah saja?” tulis Maimon dalam petisinya. Sampai tulisan ini dibuat, petisi “HENTIKAN IKLAN BLACKPINK SHOPEE!!” telah ditandatangani oleh lebih dari 120 ribu orang. Protes ini juga telah mendapat respon dari KPI dengan melayangkan surat peringatan kepada 11 stasiun televisi yang telah menayangkan iklan Shopee Blackpink dan acara “Shopee Road to 12.12 Birthday Sale”. Siaran iklan dan program acara tersebut dinilai tidak memperhatikan ketentuan tentang penghormatan terhadap norma kesopanan yang diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) KPI tahun 2012. Respons masyarakat terbelah menjadi dua. Banyak yang pro terhadap pelarangan ini, namun tidak sedikit pula yang kontra. Belakangan, bermunculan petisi-petisi lain yang menolak pemboikotan ini. Petisi “Tolak Penghapusan Iklan Blackpink” yang dibuat Uci Fauzia misalnya, saat ini telah menggalang lebih dari 80 ribu tanda tangan. Petisi “Menolak Pemboikotan Iklan Shopee Blackpink” yang dibuat oleh “Kpopers” telah ditandatangani oleh 3.400 orang. Bahkan, muncul petisi dengan judul “USIR MAIMON HERAWATI DARI INDONESIA” yang diklaim untuk mengurangi 1 orang toxic di Indonesia. Muncul juga petisi “Usir KPI dari Indonesia karena telah menghapus iklan Shopee” dan petisi “TENTANG INTOLERANSI IKLAN BLACKPINK”. Gelombang kemarahan ini tidak hanya diekspresikan mereka yang kontra melalui petisi tandingan. Maimon mengaku mendapatkan teror dan pem-bully-an dari penggemar Blackpink. “Sudah ketebak…. Begitu keluar petisi iklan Blackpink, nomor HP yang saya pasang dalam status dibanjiri orang-orang minim adab, seminim baju idol mereka.” tulis Maimon dalam akun Facebooknya. Maimon juga mengaku akun Facebooknya sempat di-suspend­, ratusan nomor telepon baik dari dalam negeri maupun luar negeri menelpon. Meme-meme yang memuat dirinya beredar. Akun Instagram palsu atas namanya juga muncul. Ia mengaku tidak bisa menggunakan HP dengan normal. Tidak sampai di situ, banyak hujatan dan cacian digulirkan kepada Maimon atas kejadian ini. Kata-kata ‘goblok’, ‘tolol’, ‘ga punya otak’, ‘manusia sampah’, ‘sok suci’, ‘radikal’, bahkan panggilan hewan pun disematkan kepada Maimon dan itu semua itu bermunculan di media sosial. Kebanyakan kata-kata semacam itu digulirkan oleh para K-Popers, meskipun ada juga orang di luar K-Popers yang mengeluarkan kata-kata serupa. Fanatisme Buta Fenomena semacam ini seharusnya meninggalkan keprihatinan di diri setiap orang yang melihatnya. Miris melihat akhlak anak bangsa terjun bebas demi membela idola mereka. Lebih menyedihkan lagi, rupanya banyak pula remaja muslim yang ikut menghujat dengan kata-kata yang kasar. Bagi mereka, idola mereka itu segalanya. Mereka tidak terima jika idola mereka dikritik, apalagi sampai diboikot seperti pada kejadian ini. Aneh! Banyak K-Popers muslim yang seakan kehilangan akal sehat mereka. Mereka tidak lagi bisa melihat suatu masalah dengan berimbang. Mereka tidak lagi bisa fokus pada substansi karena fanatisme buta mereka terhadap artis Korea yang mereka idolakan. Bahkan, saya menemukan banyak yang menganggap bahwa pakaian seksi dan tarian-tarian sensual dari para artis Korea adalah hal yang lazim untuk diterima di Indonesia. Secara ilmiah, fenomena kecanduan K-Pop yang berujung pada fanatisme buta ini dapat dijelaskan. Kalau ditelusuri, industri hiburan Korea memang menargetkan remaja hingga dewasa muda di seluruh dunia sebagai konsumen sasaran mereka. Pada fase tersebut, salah satu bagian dari otak yang disebut Prefrontal Cortex (PFC) sedang berkembang. Bagian ini sangat penting, karena bagian ini hanya dimiliki oleh manusia, tidak dengan binatang. Sehingga manusia lebih memiliki etika jika dibandingkan dengan binatang. PFC diibaratkan sebagai komandan dari bagian otak yang lain. PFC berfungsi sebagai tempat berkonsentrasi, memahami dan membedakan benar dan salah, mengendalikan diri, berpikir kritis, serta merencanakan masa depan. Sebagai seorang muslim yang terikat dengan aturan seputar aurat, juga sebagai warga Indonesia yang terikat dengan norma kesopanan, normalnya orang yang menonton tayangan yang menampilkan artis dengan gaya berpakaian dan gaya hidup yang bertentangan dengan prinsip-prinsip itu akan menolaknya. Hal ini karena dalam otak manusia, ada yang disebut dengan sistem limbik, atau sistem filter diri. Orang awam biasa menyebutnya ‘hati nurani’. Namun, apabila tayangan itu terus ditonton, maka ini akan menyebabkan sistem limbik menjadi kurang aktif. Produksi senyawa kimia dopamin dalam otak pun meningkat. Hal ini akan menimbulkan terciptanya rasa senang dan puas ketika menonton tayangan tersebut dan akan timbul keinginan untuk mengulanginya lagi dan lagi. Selain sebagai pencipta rasa senang, dopamin juga berfungsi sebagai neurotransmitter. Apabila dopamin diproduksi terlalu banyak, maka akan mengganggu kinerja hantaran rangsang otak. Bahkan, dalam sebuah uji neurotransmitter, otak orang yang mengalami kerusakan PFC terbukti mengandung kadar dopamin yang lebih tinggi daripada orang normal. Hal ini yang terjadi pada seorang pecandu K-Pop. Bahkan kalau sudah terlalu parah, mereka tidak lagi bisa membedakan dengan objektif mana yang benar dan mana yang salah, sehingga berujung pada fanatisme buta. Sumber Berita Ini Dari https://www.kiblat.net/2018/12/13/serangan-korean-wave-caranya-merusak-kerja-otak-dan-akhlak/
http://dlvr.it/RSW2t5

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Serangan Korean Wave : Caranya Merusak Kerja Otak Dan Akhlak"

Post a Comment